SECARA naif, kartunis, cergamis, ilustrator, itu tukang gambar. Kerja mereka, ya, menggambar. Hanya saja, kata tukang itu kurang enak untuk dihubungkan dengan kerja kreatif. Apalagi, dalam bahasa Indonesia, kata tukang mengacu pada pengertian: pengulangan dan bersifat kuantitatif.
Ketika pekerjaan membutuhkan visi: kebaruan, eksplorasi dan mengabdi pada sifat kualitatif, maka kata tukang sebaiknya tidak dibawa-bawa. Sebutan paling klop dan enak untuk ini adalah kreator. Timbul pertanyaan, apa pekerjaan kartunis, cergamis dan ilustrator tak ada hubungannya dengan tukang? Atau bisa dijamin pasti mengabdi pada visi: kebaruan, eksplorasi dan kualitas?
Ini dilema menarik sekaligus lucu. Persis teka-teki mengenai kekosongan: di dalam kosong terdapat isi, di dalam isi terdapat kosong. Hemat saya, setiap kreator—terutama bila dikaitkan dengan kasus karya grafis seperti kartun, komik dan ilustrasi—adalah tukang yang bervisi, bereksplorasi dan punya tanggungjawab mutu. Tukang yang tak ada hubungannya dengan ini, ya tukang yang baik hati saja.