SAUDARA, kolom ini akan mengunjungi Anda terus-menerus, sepanjang hari, sepanjang waktu; eh, maksudnya siap melayani Anda whenever you need; dimaksudkan sebagai klinik mental atau terapi psikologis. Tetapi dijamin tidak ada tendensi menggurui atau memberikan jalan ke luar. Karena itu Anda harus bijak dan pandai-pandai putar otak.
Bila Anda pandai-pandai menyiasati, Anda akan beroleh keuntungan. Tetapi bila sebaliknya, maka hasilnya bisa dipastikan bakal tambah berantakan. Ha-ha!!!
Juga disarankan, bacalah kolom ini ketika Anda dalam keadaan sakit hati. Menyimpan dendam kesumat. Jiwa lungkrah, hati loyo, atau bila mungkin dalam keadaan yang paling fit, atau sangat sehat, atau sangat wal”afiat, atau sangat gembira, atau sangat bahagia, atau sangat tenteram, atau keadaan positif lainnya, maka cepat-cepatlah Anda bikin perkara dengan sekitar Anda, sebelum membaca ini kolom. Supaya apa? Yah, supaya adrenalin Anda naik, supaya daya hidup Anda menggeliat.
Mari kita ngomong soal garis singgung.
Pernahkah Anda membayangkan, berapa juta rakyat negeri ini yang sedang tersinggung pada detik Anda membaca artikel ini? Berapa juta pemimpin negeri ini yang sedang tersinggung pada detik ini juga?
Baiklah itu tidak untuk kita jawab terburu-buru. Persoalan yang ingin dimajukan di sini adalah mengapa mereka bisa tersinggung?
Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh para ahli jiwa raga, dapatlah dideteksi ciri-ciri orang yang gampang tersinggung. Atau paling tidak dalam seharinya pernah menderita penyakit yang bernama tersinggung itu.
Mereka antara lain:
- Orang yang banyak memiliki kesalahan, baik sengaja maupun yang direncanakan.
- Orang yang dalam hidupnya gemar berutang, baik yang gali lobang tutup
lobang maupun yang gali lobang kubur awak sendiri.
- Orang yang gemar melakukan lima M (mencuri, main judi, main perempuan/main laki- laki, membunuh, minum air keras, eh, minuman keras).
- Orang yang gemar sewenang-wenang terhadap sesama.
- Orang yang mementingkan diri sendiri.
- Orang yang terlalu ambisius, suka menjilat atasan-menginjak bawahan dan menginjak- injak HAM.
Indikasi yang bisa dijadikan pedoman, semakin mudah seseorang dihinggapi rasa gampang tersinggung, semakin jelas emosinya yang labil. Kekanakan atau malah tak punya jati diri sama sekali. Orang-orang semacam ini, tidak pantas dijauhi, tetapi harus diakrabi (agar kita ketularan gampang tersinggung? O, bukan!). Agar kita bisa menyinggung mereka lebih leluasa? Juga bukan. Agar kita bisa saling singgung-menyinggung? Bukan juga! Lalu apa dong maksudnya? Ya itu tugas Anda untuk memutar otak biar kita terlihat gagah karena tampak lagi berpikir.
Beberapa akibat setelah orang kemasukan penyakit tersinggung bermacam-macam. Sebagian ada yang buru-buru menghindar, lalu menyakiti diri sendiri nyaris kayak seorang maniak. Sebagian yang lain mencak-mencak dan melakukan agresivitas berlebihan. Misalnya membuang uangnya yang berjumlah ratusan ribu ke jalan raya (bohong). Memecahkan barang-barang pecah belah, seperti piring, gelas, kacamata, pinggan, hiasan-hiasan keramik, kaca jendela, lemari, pintu dan lain-lainnya. Setelah semua barang-barang itu habis, lalu dia pecahkan kepalanya sendiri (juga bohong!).
Dikhawatirkan sekali bila yang tersinggung ini orang-orang yang sedang kuat atau kuasa pada zamannya. Dia bisa melakukan hal-hal yang sangat personal dengan mengaku-aku sebagai tindakan dinas atau resmi atau atas nama negara. Contohnya Kaisar Nero yang membakar kota Roma, atau Hitler yang hipernasionalis lalu berhobi membunuh orang-orang Yahudi. Bahkan di sekitar Anda, bila ada salah seorang warga desa tak mau melakukan kerja bakti karena ada alasan atau keperluan yang sangat prinsip, cepat saja, Pak RT atau Pak RK atau Pak Lurah menuduh yang macem-macem. Yang inilah, yang itulah. Lebih-lebih bila Anda selalu absen setiap ada giliran kerja bakti atau siskamling.
Dan yang paling ajaib, ada seorang bawahan di suatu instansi yang kritis dan cerdas. Dalam setiap rapat pertemuan dia selalu mempertanyakan tanggungjawab secara administratif mengenai penggunaan dana dan lain-lain yang dalam laporan SPJ (Surat Pertanggung Jawaban) selalu tercantum lengkap dan “otentik”, padahal dalam praktiknya tidak ada sama sekali. Sang pimpinan akhirnya tersinggung, meskipun tahu bawahannya benar. Tapi karena sudah terlanjur basah, alangkah berat menarik lidah, apalagi menjilat ludah, lalu dia mengeluarkan power dan kuasanya dengan marah-marah.
Pada kesempatan yang “manis” karena dia kuasa, dikirimlah (baca: dimutasi dengan penuh rasa dongkol) sang bawahan yang membahayakan kedudukannya ini ke sektor dan tempat yang maha sulit dan serba tak berkutik.
Begitulah bila orang tersinggung.
Karena perkara garis singgung pula, ada buruh mogok, ada toko mogok buka, ada koran atau majalah kena breidel, eh mogok terbit, ada karyawan kena PHK, eh mogok dinas. Ada rakyat mogok makan (di Ethiopia), ada gunung mogok bertapa (di Meksiko dan Colombia). Ada penumpang pesawat dibajak, lalu membiarkan dirinya ditembusi peluru oleh pasukan antiteroris. Ada wartawan mogok cari berita, lalu meminta para pejabat mewawancarainya. Pendeknya, segala macam perkara bisa terjadi bila makhluk yang bernama manusia sudah terserang penyakit yang bernama tersinggung.
Bila Anda sendiri yang kena, apa yang akan Anda lakukan?
Sesuai dengan janji pada awal tulisan ini, soal jalan keluar maupun petunjuk tak bakal diberikan, maka soal Anda akan bersikap apa ketika Anda tengah tersinggung, itu sepenuhnya menjadi hak dan kewajiban Anda sendiri bukan?
Sebenarnya saja, kalau Anda mau percaya (kalau tidak, ya boleh), tidak selamanya perilaku tersinggung itu buruk. Atau selalu merugikan. Karena rasa tersinggung dapat menjadi daya dorong semangat untuk membuktikan bahwa dirinya tidak segoblok yang dituduh orang. Dengan tersinggung secara tepat, kadang kita justru memperoleh hasil dari situasi yang ada. Misalnya orang menjadi tidak terlalu kurang ajar kepada kita.
Akhirnya kita bisa menarik satu garis tenggang rasa, bahwa rasa ketersinggungan bisa mengakibatkan kita menjadi tidak disukai, menjadi disegani, atau membuat orang menjadi enggan sama sekali. Bagian mana yang bakal Anda peroleh dalam kancah pergaulan, itu sepenuhnya tergantung pada sikap Anda sendiri. Bagaimana, di mana, kenapa, bilamana, kepada siapa, untuk apa Anda tersinggung. Bila tepat mengambil waktu mungkin saja keberuntungan yang Anda peroleh.
Tetapi, dunia tak pernah lupa mencatat, bahwa orang-orang bijak bestari adalah orang-orang yang dapat menertawakan ketololan, kesialan dan kekurangan diri sendiri. Di bagian mana kata tersinggung ditempatkan? Mungkin orang-orang tersebut tersinggung saat melihat kemanusiaan direndahkan; keadilan dan hak-hak orang lemah diinjak-injak oleh penguasa. Jadi untuk dapat tersinggung, tak cukup bila sekadar persoalan-persoalan teknis, apalagi yang terkait hanya dengan kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dirinya.
Bagaimana dengan kesabaran?
Orang yang terlalu sabar, harga dirinya gampang diinjak-injak; orang makin berani menumpahkan ejekan dan olok-olok. Namun jangan lupa; bisa pula menjadikan kita tampak semakin berwibawa, dan orang menjadi sangat segan dengan ketenangan yang kita miliki.
Sekali lagi itu tergantung kepada lima W satu H di atas (kayak jurnalistik saja!). Tahu kan artinya? Yah, kalau tidak, putar otak sedikitlah untuk memecahkan artinya.
Secara umum, orang yang sangat gampang tersinggung atau garis singgungnya amat tipis, sesungguhnya memiliki bakat melawak yang amat besar. Seorang humoris kaliber. Benarkah? Benar!
Yang dimaksudkan di atas adalah pelawak dalam kehidupan yang sesungguhnya. Coba saja kalau Anda tengah ngobrol dalam satu kelompok, tiba-tiba karena sesuatu omongan yang biasa-biasa saja, salah seorang dari mereka menampakkan sikap tersinggung dan marah yang ditandai dengan mimik mukanya berwarna merah. Maka bisa dipastikan teman-teman yang lain bakal diam seribu basa. Tapi bisa dijamin dalam hati menertawakan ulah si pemarah sambil terbahak-bahak. Sambil berucap, kasihan.....
Apa jadinya bila pelawak sampai dikasihani penontonnya?
Nah? Anda semua pembaca kolom ini, semisal Anda bukan seorang humoris, tapi pasti punya selera humor cukup waras, kan? Karena itu Anda pasti juga punya pandangan yang kritis dan tajam tentang segala hal yang tidak beres di lingkungan Anda. Punya daya nalar yang mengagumkan. Punya kepekaan yang luar biasa. Pendeknya, ekspresi alami yang bakal muncul dari tipe orang-orang semacam Anda adalah pribadi mandiri dan berpikir merdeka; berani beda. Saat melempar umpan atau serangan dalam percakapan Anda selalu jitu.
Tetapi pernahkah Anda berpikir, bila semua yang serba “hebat” itu milik orang lain dan umpan/serangan yang jitu menimpa diri Anda sendiri? Apa yang akan Anda lakukan?
Tak usah dijawab! Bila toh Anda bersikeras melakukan, itu tandanya Anda orang tak sabaran. Cukup renungkan saja. Daaaaag! Sampai jumpa di kesempatan lain atau nanti entah kapan.
Darminto M. Sudarmo, penulis dan pengamat humor.
Bila Anda pandai-pandai menyiasati, Anda akan beroleh keuntungan. Tetapi bila sebaliknya, maka hasilnya bisa dipastikan bakal tambah berantakan. Ha-ha!!!
Juga disarankan, bacalah kolom ini ketika Anda dalam keadaan sakit hati. Menyimpan dendam kesumat. Jiwa lungkrah, hati loyo, atau bila mungkin dalam keadaan yang paling fit, atau sangat sehat, atau sangat wal”afiat, atau sangat gembira, atau sangat bahagia, atau sangat tenteram, atau keadaan positif lainnya, maka cepat-cepatlah Anda bikin perkara dengan sekitar Anda, sebelum membaca ini kolom. Supaya apa? Yah, supaya adrenalin Anda naik, supaya daya hidup Anda menggeliat.
Mari kita ngomong soal garis singgung.
Pernahkah Anda membayangkan, berapa juta rakyat negeri ini yang sedang tersinggung pada detik Anda membaca artikel ini? Berapa juta pemimpin negeri ini yang sedang tersinggung pada detik ini juga?
Baiklah itu tidak untuk kita jawab terburu-buru. Persoalan yang ingin dimajukan di sini adalah mengapa mereka bisa tersinggung?
Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh para ahli jiwa raga, dapatlah dideteksi ciri-ciri orang yang gampang tersinggung. Atau paling tidak dalam seharinya pernah menderita penyakit yang bernama tersinggung itu.
Mereka antara lain:
- Orang yang banyak memiliki kesalahan, baik sengaja maupun yang direncanakan.
- Orang yang dalam hidupnya gemar berutang, baik yang gali lobang tutup
lobang maupun yang gali lobang kubur awak sendiri.
- Orang yang gemar melakukan lima M (mencuri, main judi, main perempuan/main laki- laki, membunuh, minum air keras, eh, minuman keras).
- Orang yang gemar sewenang-wenang terhadap sesama.
- Orang yang mementingkan diri sendiri.
- Orang yang terlalu ambisius, suka menjilat atasan-menginjak bawahan dan menginjak- injak HAM.
Indikasi yang bisa dijadikan pedoman, semakin mudah seseorang dihinggapi rasa gampang tersinggung, semakin jelas emosinya yang labil. Kekanakan atau malah tak punya jati diri sama sekali. Orang-orang semacam ini, tidak pantas dijauhi, tetapi harus diakrabi (agar kita ketularan gampang tersinggung? O, bukan!). Agar kita bisa menyinggung mereka lebih leluasa? Juga bukan. Agar kita bisa saling singgung-menyinggung? Bukan juga! Lalu apa dong maksudnya? Ya itu tugas Anda untuk memutar otak biar kita terlihat gagah karena tampak lagi berpikir.
Beberapa akibat setelah orang kemasukan penyakit tersinggung bermacam-macam. Sebagian ada yang buru-buru menghindar, lalu menyakiti diri sendiri nyaris kayak seorang maniak. Sebagian yang lain mencak-mencak dan melakukan agresivitas berlebihan. Misalnya membuang uangnya yang berjumlah ratusan ribu ke jalan raya (bohong). Memecahkan barang-barang pecah belah, seperti piring, gelas, kacamata, pinggan, hiasan-hiasan keramik, kaca jendela, lemari, pintu dan lain-lainnya. Setelah semua barang-barang itu habis, lalu dia pecahkan kepalanya sendiri (juga bohong!).
Dikhawatirkan sekali bila yang tersinggung ini orang-orang yang sedang kuat atau kuasa pada zamannya. Dia bisa melakukan hal-hal yang sangat personal dengan mengaku-aku sebagai tindakan dinas atau resmi atau atas nama negara. Contohnya Kaisar Nero yang membakar kota Roma, atau Hitler yang hipernasionalis lalu berhobi membunuh orang-orang Yahudi. Bahkan di sekitar Anda, bila ada salah seorang warga desa tak mau melakukan kerja bakti karena ada alasan atau keperluan yang sangat prinsip, cepat saja, Pak RT atau Pak RK atau Pak Lurah menuduh yang macem-macem. Yang inilah, yang itulah. Lebih-lebih bila Anda selalu absen setiap ada giliran kerja bakti atau siskamling.
Dan yang paling ajaib, ada seorang bawahan di suatu instansi yang kritis dan cerdas. Dalam setiap rapat pertemuan dia selalu mempertanyakan tanggungjawab secara administratif mengenai penggunaan dana dan lain-lain yang dalam laporan SPJ (Surat Pertanggung Jawaban) selalu tercantum lengkap dan “otentik”, padahal dalam praktiknya tidak ada sama sekali. Sang pimpinan akhirnya tersinggung, meskipun tahu bawahannya benar. Tapi karena sudah terlanjur basah, alangkah berat menarik lidah, apalagi menjilat ludah, lalu dia mengeluarkan power dan kuasanya dengan marah-marah.
Pada kesempatan yang “manis” karena dia kuasa, dikirimlah (baca: dimutasi dengan penuh rasa dongkol) sang bawahan yang membahayakan kedudukannya ini ke sektor dan tempat yang maha sulit dan serba tak berkutik.
Begitulah bila orang tersinggung.
Karena perkara garis singgung pula, ada buruh mogok, ada toko mogok buka, ada koran atau majalah kena breidel, eh mogok terbit, ada karyawan kena PHK, eh mogok dinas. Ada rakyat mogok makan (di Ethiopia), ada gunung mogok bertapa (di Meksiko dan Colombia). Ada penumpang pesawat dibajak, lalu membiarkan dirinya ditembusi peluru oleh pasukan antiteroris. Ada wartawan mogok cari berita, lalu meminta para pejabat mewawancarainya. Pendeknya, segala macam perkara bisa terjadi bila makhluk yang bernama manusia sudah terserang penyakit yang bernama tersinggung.
Bila Anda sendiri yang kena, apa yang akan Anda lakukan?
Sesuai dengan janji pada awal tulisan ini, soal jalan keluar maupun petunjuk tak bakal diberikan, maka soal Anda akan bersikap apa ketika Anda tengah tersinggung, itu sepenuhnya menjadi hak dan kewajiban Anda sendiri bukan?
Sebenarnya saja, kalau Anda mau percaya (kalau tidak, ya boleh), tidak selamanya perilaku tersinggung itu buruk. Atau selalu merugikan. Karena rasa tersinggung dapat menjadi daya dorong semangat untuk membuktikan bahwa dirinya tidak segoblok yang dituduh orang. Dengan tersinggung secara tepat, kadang kita justru memperoleh hasil dari situasi yang ada. Misalnya orang menjadi tidak terlalu kurang ajar kepada kita.
Akhirnya kita bisa menarik satu garis tenggang rasa, bahwa rasa ketersinggungan bisa mengakibatkan kita menjadi tidak disukai, menjadi disegani, atau membuat orang menjadi enggan sama sekali. Bagian mana yang bakal Anda peroleh dalam kancah pergaulan, itu sepenuhnya tergantung pada sikap Anda sendiri. Bagaimana, di mana, kenapa, bilamana, kepada siapa, untuk apa Anda tersinggung. Bila tepat mengambil waktu mungkin saja keberuntungan yang Anda peroleh.
Tetapi, dunia tak pernah lupa mencatat, bahwa orang-orang bijak bestari adalah orang-orang yang dapat menertawakan ketololan, kesialan dan kekurangan diri sendiri. Di bagian mana kata tersinggung ditempatkan? Mungkin orang-orang tersebut tersinggung saat melihat kemanusiaan direndahkan; keadilan dan hak-hak orang lemah diinjak-injak oleh penguasa. Jadi untuk dapat tersinggung, tak cukup bila sekadar persoalan-persoalan teknis, apalagi yang terkait hanya dengan kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dirinya.
Bagaimana dengan kesabaran?
Orang yang terlalu sabar, harga dirinya gampang diinjak-injak; orang makin berani menumpahkan ejekan dan olok-olok. Namun jangan lupa; bisa pula menjadikan kita tampak semakin berwibawa, dan orang menjadi sangat segan dengan ketenangan yang kita miliki.
Sekali lagi itu tergantung kepada lima W satu H di atas (kayak jurnalistik saja!). Tahu kan artinya? Yah, kalau tidak, putar otak sedikitlah untuk memecahkan artinya.
Secara umum, orang yang sangat gampang tersinggung atau garis singgungnya amat tipis, sesungguhnya memiliki bakat melawak yang amat besar. Seorang humoris kaliber. Benarkah? Benar!
Yang dimaksudkan di atas adalah pelawak dalam kehidupan yang sesungguhnya. Coba saja kalau Anda tengah ngobrol dalam satu kelompok, tiba-tiba karena sesuatu omongan yang biasa-biasa saja, salah seorang dari mereka menampakkan sikap tersinggung dan marah yang ditandai dengan mimik mukanya berwarna merah. Maka bisa dipastikan teman-teman yang lain bakal diam seribu basa. Tapi bisa dijamin dalam hati menertawakan ulah si pemarah sambil terbahak-bahak. Sambil berucap, kasihan.....
Apa jadinya bila pelawak sampai dikasihani penontonnya?
Nah? Anda semua pembaca kolom ini, semisal Anda bukan seorang humoris, tapi pasti punya selera humor cukup waras, kan? Karena itu Anda pasti juga punya pandangan yang kritis dan tajam tentang segala hal yang tidak beres di lingkungan Anda. Punya daya nalar yang mengagumkan. Punya kepekaan yang luar biasa. Pendeknya, ekspresi alami yang bakal muncul dari tipe orang-orang semacam Anda adalah pribadi mandiri dan berpikir merdeka; berani beda. Saat melempar umpan atau serangan dalam percakapan Anda selalu jitu.
Tetapi pernahkah Anda berpikir, bila semua yang serba “hebat” itu milik orang lain dan umpan/serangan yang jitu menimpa diri Anda sendiri? Apa yang akan Anda lakukan?
Tak usah dijawab! Bila toh Anda bersikeras melakukan, itu tandanya Anda orang tak sabaran. Cukup renungkan saja. Daaaaag! Sampai jumpa di kesempatan lain atau nanti entah kapan.
Darminto M. Sudarmo, penulis dan pengamat humor.
0 comments:
Post a Comment