Friday, October 15, 2010
Quo Vadis Kartunis Indonesia?
1:32 AM
Cartoon by Jitet Koestana, Darminto M Sudarmo, Jejaring Sosial, Quo Vadis Kartunis Indonesia
No comments
Oleh Darminto M Sudarmo
Kartunis Indonesia, khsususnya angkatan salah satu jejaring sosial periode 2009-2010 telah bergerak menuju sebuah orientasi yang sangat khas dan antikredo. Sebagaimana dipahami sejak kemunculan gerakan kelahirannya , kartunis lahir di dunia langsung membawa fitrah dan amanah dari “Nilai Tertinggi Peradaban” untuk menjadi “anjing penjaga” yang tugasnya menyalak saat melihat ketidakberesan di tingkat penguasa atau pemegang otoritas tertinggi dari tiap komunitas. Bentuk perlawanan terhadap ketidakberesan itu dapat berupa: bisikan, ledekan, sindiran, bahkan hantaman (tetap dalam koridor estetika yang memadai).
Tugas kartunis juga harus membunyikan genta atau gong kontemplasi ketika pendangkalan nilai terjadi di mana-mana. Tak peduli apakah kartunis itu seorang single fighter atau berbentuk gerombolan. Tak peduli apakah dia tinggal di gunung atau di kampung kumuh perkotaan. Visi dan misi utamanya adalah memahami dinamika hati nurani rakyat. Apalagi rakyat yang sedang terpinggirkan hak-haknya, rakyat yang sedang bingung melihat campuraduknya nilai, bahkan rakyat yang selalu jadi korban akibat “kedunguan” para pengambil keputusan.
Kartunis yang benar, akan selalu mengasah visi dan orientasi “kecerdasan dan kejelian” dalam mencermati situasi dan kondisi di sekelilingnya. Meski tersirat, ia juga otomatis akan menjadi “juru penunjuk” bagi pembacanya; khususnya dalam melihat nilai. Ada nilai yang berkecenderungan ke hitam, abu-abu atau putih. Karena kartunis bukan penggambar poster, maka dia tidak mengarahkan apalagi menghakimi sebuah kecenderungan itu menuju kepada nilai hitam, abu-abu atau putih. Kartunis yang beralayar di arus kontemplasi yang benar akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berkembang dalam mencermati dan menyikapi apa saja yang ditawarkan kartunis.
Subscribe to:
Posts (Atom)