SAAT mendengar gosip bahwa ada dua orang “penting” sedang dalam misi rahasia ke Bali – entah itu untuk liburan, atau menyaksikan polah tingkah bule-bule di Bali, atau melarikan diri dari kekejaman ibu kota (apa iya?) – maka dengan gigih, MUKKI (panggilan mesra Museum Kartun & Karikatur Indonesia Bali – red) mencoba menghubungi mereka. Saat pada akhirnya bisa menghubungi, MUKKI langsung mengajak mampir ke Museum Kartun Indonesia Bali.
Sebenarnya siapa sih mereka, kok begitu antusiasnya si MUKKI memburu mereka? Jika sering merelakan waktu baca Kompas Minggu dan memelototi isinya, pasti menemukan kartun strip mereka. Bersama-sama dengan Panji Koming, Timun, Konpopilan, dan Sukribo, sejak tahun 2003 mereka ikut meramaikan harian tersebut. Jadi, setelah pusing putar otak mengisi TTS di sampingnya, kehadiran mereka bisa agak mewaraskan otak.... Atau malah sebaliknya?
Petunjuk pertama: berkacamata, kurus, berhidung mancung. Itulah Muhammad Misrad dengan nama beken MICE, pria kelahiran Jakarta 23 Juli 1970, alumnus Design Grafis Fakultas Seni Rupa IKJ tahun 1993. Petunjuk kedua: berperawakan tinggi, rambut berombak, berkumis tipis. Kalau yang satu ini adalah Benny Rachmadi yang nama bekennya BENNY, seorang pria kelahiran Samarinda 23 Agustus 1969 yang ternyata teman seangkatan Mice selama masa kuliah.
Nah, sosok Benny & Mice itulah yang memberi kontribusi karya ke harian Kompas Minggu. Sebagian dari kartun-kartun mereka juga telah dibukukan dan mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat, terbukti dengan jumlah eksemplar buku yang terjual. Bahkan salah satu bukunya yang berjudul ”Lagak Jakarta” menjadi bahan kajian sejumlah skripsi dan tesis. Dahsyat beneerrr....
Saat penculikan paksa ke Museum Kartun Indonesia Bali, kesan pertama saat melihat Benny & Mice secara langsung adalah: MIRIP! Maksudnya bukan mereka ternyata saudara kembar, tapi wajah aslinya mirip dengan karakter komiknya.... Membuat penasaran, apa ya gaya selengekan, aneh, norak, dan katro seperti karakter di komik Benny & Mice benar-benar nyata seperti aslinya.
Obrolan langsung mengalir lancar. Dari obrolan tersebut kemudian membuka sebuah tabir (haduh, bahasanya...). Ternyata mereka berdua memiliki karakter yang berbeda. Benny terlihat lebih pendiam dan lebih suka mendengarkan obrolan orang dengan sesekali menimpali. Tapi jangan-jangan Benny sedang mengamati karakter orang, di setiap detailnya. Wah, kategori observer berarti.... Beda dengan Mice yang sering kali terdengar tertawa lepas mendengar lelucon yang terlontar dari lawan bicaranya. Mice juga lebih terlihat cerewet dibandingkan Benny. Tapi apapun perbedaan yang ada di antara mereka, itu sebagai kekayaan yang mereka miliki. Toh walaupun berbeda begitu tetap saja menghasilkan karya yang jenius, kocak, menyentil, dan mengkritik dengan cara yang cerdas.
Saat dimintai komentar tentang Museum Kartun Indonesia Bali, dengan singkat mereka mengatakan, ”Berwisata ketawa di Museum Kartun Indonesia Bali memang menyenangkan, nggak ada pedagang yang maksa beli, nggak ada bule mabok, dan yang pasti nggak bikin kulit jadi item....” Well, Benny & Mice banget lah komentarnya.... (arm/tc)
Sebenarnya siapa sih mereka, kok begitu antusiasnya si MUKKI memburu mereka? Jika sering merelakan waktu baca Kompas Minggu dan memelototi isinya, pasti menemukan kartun strip mereka. Bersama-sama dengan Panji Koming, Timun, Konpopilan, dan Sukribo, sejak tahun 2003 mereka ikut meramaikan harian tersebut. Jadi, setelah pusing putar otak mengisi TTS di sampingnya, kehadiran mereka bisa agak mewaraskan otak.... Atau malah sebaliknya?
Petunjuk pertama: berkacamata, kurus, berhidung mancung. Itulah Muhammad Misrad dengan nama beken MICE, pria kelahiran Jakarta 23 Juli 1970, alumnus Design Grafis Fakultas Seni Rupa IKJ tahun 1993. Petunjuk kedua: berperawakan tinggi, rambut berombak, berkumis tipis. Kalau yang satu ini adalah Benny Rachmadi yang nama bekennya BENNY, seorang pria kelahiran Samarinda 23 Agustus 1969 yang ternyata teman seangkatan Mice selama masa kuliah.
Nah, sosok Benny & Mice itulah yang memberi kontribusi karya ke harian Kompas Minggu. Sebagian dari kartun-kartun mereka juga telah dibukukan dan mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat, terbukti dengan jumlah eksemplar buku yang terjual. Bahkan salah satu bukunya yang berjudul ”Lagak Jakarta” menjadi bahan kajian sejumlah skripsi dan tesis. Dahsyat beneerrr....
Saat penculikan paksa ke Museum Kartun Indonesia Bali, kesan pertama saat melihat Benny & Mice secara langsung adalah: MIRIP! Maksudnya bukan mereka ternyata saudara kembar, tapi wajah aslinya mirip dengan karakter komiknya.... Membuat penasaran, apa ya gaya selengekan, aneh, norak, dan katro seperti karakter di komik Benny & Mice benar-benar nyata seperti aslinya.
Obrolan langsung mengalir lancar. Dari obrolan tersebut kemudian membuka sebuah tabir (haduh, bahasanya...). Ternyata mereka berdua memiliki karakter yang berbeda. Benny terlihat lebih pendiam dan lebih suka mendengarkan obrolan orang dengan sesekali menimpali. Tapi jangan-jangan Benny sedang mengamati karakter orang, di setiap detailnya. Wah, kategori observer berarti.... Beda dengan Mice yang sering kali terdengar tertawa lepas mendengar lelucon yang terlontar dari lawan bicaranya. Mice juga lebih terlihat cerewet dibandingkan Benny. Tapi apapun perbedaan yang ada di antara mereka, itu sebagai kekayaan yang mereka miliki. Toh walaupun berbeda begitu tetap saja menghasilkan karya yang jenius, kocak, menyentil, dan mengkritik dengan cara yang cerdas.
Saat dimintai komentar tentang Museum Kartun Indonesia Bali, dengan singkat mereka mengatakan, ”Berwisata ketawa di Museum Kartun Indonesia Bali memang menyenangkan, nggak ada pedagang yang maksa beli, nggak ada bule mabok, dan yang pasti nggak bikin kulit jadi item....” Well, Benny & Mice banget lah komentarnya.... (arm/tc)
0 comments:
Post a Comment