Saturday, May 19, 2012

KETIKA HANKAMNAS MABUK BIR

Monumen dari botol bir
Sentilan dari perupa Agus Suwage

JUDULNYA gagah dan seram: Monumen yang Menjaga Hankamnas – Pertahanan dan Keamanan Nasional. Seperti apa sih barang untuk keamanan tingkat nasional itu? Ternyata hanya tumpukan botol bir yang nyaris menyentuh plafon, langit-langit Nadi Gallery, Perumahan Puri Indah, Jakarta, tempat monumen bernuansa hijau itu dipamerkan.
Adalah Agus Suwage, perupa lulusan ITB (1986) kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, memamerkan karyanya hingga 30 April lalu. Kenapa botol bir? Kenapa membentuk piramida dengan 13 tingkat? Kenapa botol berwarna hijau serta lampu di dalam piramida mencorong warna hijau pula? Kenapa pula piramida setinggi tiga meter lebih itu ada kerangka manusia nongkrong dengan kepala dibalur putih dan memegang pedang emas?
Suwage—yang kurang suka dengan media konvensional—mencoba dengan unsur lain. Dan, pameran tunggal bertajuk Daur itu lumayan menggelitik. Selain sebagai kritik dari perupa yang sebelumnya berpameran dengan tajuk Illuminance di Jogja dan The End is Just Beginning is The End di New York, AS, sebagai rangkaian pamerannya ini, “Keterikatan dengan karya-karya Suwage dari masa sebelumnya jauh lebih kompleks,” kata Enin Supriyanto, kurator pameran.
Bagi sang seniman, soal isi (dalam botol?) merupakan sikapnya terhadap intoleran pihak-pihak tertentu dalam masyarakat kita. Kloplah sudah dengan monumen Hankamnas itu, kan? Bagaimana kekerasan di Cikeusik, Pandeglang, Banten, Kuningan, Jawa Barat; Madura, dan beberapa di antara yang dapat kita lihat, di antara mereka acap mengklaim sebagai penjaga kesucian, seperti tidak dalam keadaan sadar alias mabuk (bir).
Tembok ToleransiRangkaian berikutnya, Tembok Toleransi, makin menebalkan dan menabalkan sikap Suwage tersebut. Bagaimana tembok tiruan dari seng berkarat, lalu ada sejumlah daun telinga terbuat dari kuningan menempel di tembok ruangan. Coba mendekat ke “telinga-telinga” itu, kok ada sayup-sayup suara orang azan? Mudahlah kita menafsir apa maksudnya.
Dalam pameran tunggal ini, Suwage hanya menampilkan lima karya. Satu di antaranya sebuah lukisan Pemandangan Duniawi . Media yang digunakan cat minyak, namun dasarnya bukan kanvas seperti umumnya, melainkan selembar seng cukup besar, sekira enam pintu kamar. Nah, di sana ada sejumlah tokoh perupa S Sudjojono, Frida Kahlo, Vincent van Gogh, hingga Pablo Picasso.
Suwage selalu menyentak dengan karya-karyanya. “Pertahanan” kita perlu diperbaiki, kalau tak ingin disentil oleh sang seniman berusia 53 tahun ini. Sungguh! - M Djoko Yuwono


0 comments:

Post a Comment


AyuWage Services - Get Paid to Visits Sites and Complete Surveys